Na,
Tau kah kau, Na?
Aku resah tak sudah-sudah
Tentang kau
Tentang aku, dan matiku
Tentang perjalanan
Tentang telaga dan hutan
Aku selipkan takdir pada satir
Karna terasa olehku bumi tak lagi menunggu
Tapi aku terus maju
Dan tetap tak tau apa yang dituju
Cari aku, Na
Pada lembar buku-buku yang muram
Atau pada ranting-ranting dihujan
Juga pada laut, lembah berkabut
Kalau nanti fajar tak lagi pijar
Getar-getar dalam dada menjadi getir
Kias puisi terlalu-lalu bias
Jemput aku, di bawah sebuah batu yang bisu
Di Tanjung, dan sungai yang gagal ia bendung
Temui aku dengan semurninya rindu
dalam kereta Semarang-Jakarta, 5 Desember 2018