Teruntuk Kawan di Pesisir


Bukan gemerlap lampu jalan yang buatku bertahan
Bukan angin panas yang buatku terbetahkan
Bukan kantung-kantung materi yang menghalang
Bukan kawan, bukan
Bukan apa pun yang membuat dikau terlupakan

Tahu saja kau?
Belasan tahun diaku dalam pelukmu bukanlah jenjang sebentar
Tak ada karet yang mampu menghapus wajahmu
Tak ada memori yang sanggup membendung kenanganmu

Sedetik bersamamu cukuplah buatku menari
Bangsa enggang hitam yang berkoak
Sambut pulangku kemarin sore
Bangsa ombak Derawan yang rasanya masih saja menyiram-nyiram wajahku pagi ini
Bangsa pelukan udaramu di padang hijau yang masih jua terbawa-bawa dalam mimpi

Bukannya aku lupa, adidinda
Aku cuma budak di rantau yang belum bisa buatmu bangga
Tidak ada sanggupku menginjak bumi batiwakkal membawa malu

Tapi surat ini aku tulis dengan janji, kawan
Bak orang-orang bahari bercerita dalam botol bir topi miring
Kuhias ia dengan pita kuning
Hingga pasir-pasir, tukik, manta, dan ubur-ubur membacakannya pada anak-anak ombak
Dan kulihat nyiur di tanah pesisir melukis namaku
Tentu saja kau masih mengenalku

Semarang, 2009
puisi ini ditulis pada tahun