buat Bapak,
Yang melayang adalah harapan
Di keras tanganmu hidup bertumpuan
Kau tau lelaki tak pernah merindui
Tapi sirat matamu siang itu menjemput kasih
Mematahkan bulir-bulir jerih
Yang lekat pada kening dan hati
Aku tak pernah kirimkan cinta
Selain lewat puisi-puisi yang tak terbaca
Disampaikannya bait-bait syukur
Diamininya setiap nilai yang kau ukur
Kupeluk kau dalam setiap rakaat
Pada lembar-lembar catatan hikayat
Kau adalah juang, tempat serdadu memantrai pedang
Kau adalah telaga, yang tenggelamkan musafir-musafir dahaga
Maka akulah pelamun yang menung
Dikutuki kau punya eluh-peluh
Sama saat kau tatap aku
Selepas jauh yang melayang itu
Kutekan tangis di kerongkongan
Kau hamburkan iba tak berpenghitungan
Jadi tunggu apa?
Bait-bait sajak ini tak pernah jadi apa
Yang kita rasa sebagaimana mestinya pejantan jua
Dia bicara lewat udara
Sambil dibisikkannya cinta
Menggelitik daun-daun telinga kita
Kembangan, 19 November 2018