Ketika Hujan Mengetuk Pintu Kamarku


Bagaimana bisa ada aku?
Sedangkan kau cuma sepasang bola mata yang sayu
Dan aku adalah keraguan api
Yang menyala-nyala pada sajak-sajak sepi

Ayuh kita taruh serupa dupa
Yang manis kala berasap saja
Biarkan habis, kikis
Lalu kita sampaikan di sini bara-bara ini

Kau terlalu lembab di musim yang pengap
Seperti hujan di pintu kamarku
Dan bulan yang memilih bisu
Tanggalkan dirimu yang lebur
Keraslah sebatu

Gunungpati, 3 Desember 2017 
puisi ini ditulis pada tahun