Berjalan ia, menuju suatu perjumpaan di bagian barat
Tubuhnya tua dan semakin menua, menyeret-nyeret segala apa yang ditemuinya
Usianya merupakan gambaran senja yang sempurna
Kakinya yang kurus menapaki kerikil-kerikil tajam sisa peradaban
Tangannya layu diborgol oleh akar tirani, lehernya dirantai penyesalan
Dan masa depan yang masih menjalar di sepanjang hadapannya
Telah disaksikan olehnya wajah-wajah para perempuan yang meminum air susunya sendiri
Laki-laki adalah tulang-belulang yang bergerak
Bayi-bayi telah mati sebelum masuk ke rahim ibunya
Sedangkan ia hanyalah lini masa yang disia-siakan bumi
Maka berjalanlah ia, menuju titik persimpangan
Di mana keserakahan dan kebersahajaan harus memilih jalan berlainan
Dan musti ikhlas berpisah dengan mereka punya inang
Di sanalah akan dia lantunkan lagu mulia melalui seruling keabadian
Karena jauh-jauh sebelum itu kerap didapatinya rumah-rumah tak mampu lagi dihuni
Sekolah-sekolah menjadi camp-camp pengungsi
Tempat suci diperebutkan kawan-lawan
Dan jalan-jalan menjelma ladang-ladang tambang puing bangunan
Disaksikannya panji-panji digetarkan oleh berita duka
Sepatu-sepatu serdadu meninggalkan debu-debu yang menyayat hati
Nuklir pemicu pertikaian dinobatkan sebagai duta perdamaian
Lalu di manakah akal waras dan nurani?
Di kota-kota pembantaian mental merajalela
Di desa-desa tawaduk dan tawazun terbirit-birit entah kemana
Gunung-gunung dijajah oleh benteng kaum pengecut
Tanah pemakaman tak lagi muat memendam bangkai-bangkai kemanusiaan
Embun-embun di pagi hari berwarna seperti darah
Udara beraroma begitu menggairahkan bagi para pemangsa
Aih, begitu dalamnya jurang-jurang perselisihan
Dunia berkali-kali dibakar oleh tipu daya yang kental
Kamus-kamus mengganti kata maslahat dengan muslihat
Pula neraca-neraca kesejahteraan yang digembok oleh ketidakadilan
Nanti ketika ia tiba di titik perjumpaan yang telah dijanjikan
Saat pagi hari di bagian barat, pada persimpangan itu, diam-diam ia tancapkan belati pada jantung waktu
Hingga terhentilah segala kehancuran demi kehancuran, segala kematian dengan kematian
Kemudian ia menari-nari, sambil meniupkan lelaguan merdu dari suling keabadian
Gebyog, 15 Desember 2017