Sajak Rindu


Satu lebih indah daripada cinta
Yang menetes lewat hujan
Yang menyembunyikan rintiknya pada daun
Menyempurnakan tetes kemaraunya
Yang membisikkan rindu pada kering
Kemudian mengalirkan doa pada air di belahan lorong bambu

Tak lebih bisa berkata
Atau diam saja
Ketika potret yang terbakar nafas kehilangan
Terurai lagi
Lahir lagi
Terbungkus amarah
Menangis lagi
Bersama lembut kasih sayang Tuhan malam ini

Ia, yang kau sapa hati, sedang terduduk di atas pusara luka
Harus pergi ataukah memendam duka
Ke dalam makam kotak mimpiku
Yang hingga kini masih tersimpan tenang di sudut kamarmu

Tuhan menyeretku
Tuhan merangkulku
Tuhan membimbingku
Membakarku
Membunuhku
Melahirkanku
Mematikanku
Menghidupkanku

Satu lebih dari sekadar indah dari sekadar insan
Terbaring tak acuh tatap aku mengkristal
Menanti Tuhan menjawab rindu

September 2012
puisi ini ditulis pada tahun