Mengejar Pesut Kencana


Lihat... Aku merangkak
Merangkak menujumu, lamban sekali
Ketika daun-daun kemarau
Berguguran di padang rindu
Aku merangkak di bumi kuberpijak
Digandeng kawan, digandeng taulan
Ketika orang bertanya apa yang sejatinya aku tuju
Kujawab bahwa aku menujumu, pesut kencana

Lihat... Aku melangkah
melangkah menujumu, biasa saja
Kemarau pergi tanpa pamit
Daun-daun berair dan beku
Aku melangkah di tanah basah
Tempatku berdiri, bersimbah
Ketika orang bertanya apa yang sejatinya aku tuju
Kujawab bahwa aku menujumu, pesut kencana

Lihat... Aku berlari
Berlari menujumu, cukup lesat
Ranting-ranting habis dikhianati daun dan hati yang mengiris
Aku berlari di setapak kumendaki
Kutinggalkan segala belakang, segala hari
Ketika orang bertanya apa yang sejatinya aku tuju
Kujawab bahwa aku menujumu, pesut kencana

Dan, oh lihatlah! Aku yang entah
Melampaui suara, melampaui cahaya
Serasa akan hampir sampai
Hampir selesai
Menujumu, yang luar biasa jauh
Dan orang tetap bertanya apa yang sejatinya aku tuju
Kutanya padamu
Apa sejatinya dirimu?

Gunungpati, 23 Agustus 2016
puisi ini ditulis pada tahun