Perut-Perut Sepi


Perut malamku tertidur pada dingin yang tipis
Pada setiap ujung kuku bumi
Aku telah biarkan kabut terseok menyelimutiku dengan air mata
Rembes menjilati pundakku
Bahuku
Leherku
Lenganku
Dadaku
Betisku
Hingga rebah segala penyap
Pengembalian hidup pada semula sepi di antara kita
Dengan ikatan putus yang merantai pucuk-pucuk nafas kita

Itu sepi menghiasi warna kota malam ini
Masih dengan anggurmu yang kau tinggalkan sore tadi
Menemani sepi yang tak kunjung beranjak pergi

2012
puisi ini ditulis pada tahun