Biji Kenari


Kenari yang jatuh dari induknya itu
Hanya bisa menggelinding dan akhirnya berangkul debu
Padahal bunga di pucuk cabang baru saja menyapa kembang, mekar
Biji itu semakin dibuang dan terbuang

Telinga kita tak pernah mendengar teriakan itu
Untuk pemberontakan atau pengibaan?
Mata kita tak pernah melihat airmata itu
Untuk perjuangan atau pengemisan?
Dan lidah kita tak pernah bisa merasakan diam itu
Untuk amarah atau pengharapan

Kenari yang jatuh dari induknya
Hanya menggelinding dan berangkul debu
Dia tak kemana-mana
Hancur di tempat pertama dia jatuh
Meski ranting dan daun membuangnya
Meski bunga di pucuk cabang menyapa kembang, mekar tanpa dia
Dia tak kemana-mana
hancur di tempat pertama dia jatuh

Semarang, 2011
puisi ini ditulis pada tahun