Ajaib


Masihkah kita bertanya tentang malam yang digelapkan?
Masihkan terbingung akan air yang jatuh kebawah selalu bisa naik ke atas?
Masih jugakah ragu menantang saat daging-daging saudara berserak berhambur berhampar tanpa nyawa penopang raga?
Hingga kini langit menyapa tanpa hilang tanda tanya
Mengapa angkuh?
Mengapa tinggi?
Mengapa menghebatkan diri?

Hingga nafas di ujung lidah
Sang Maha Keajaiban tetap menjadi pemegang pena
Apa salah berharap keajaiban jika Sang Maha Keajaiban menjanjikan keajaiban-keajaiban yang ajaib?
Jangan lupa keajaiban-keajaiban itu
Jangan lupa pencipta keajaiban itu
Jangan lupa nyawamu yang ajaib itu

2011
puisi ini ditulis pada tahun